Malam Peramu Mimpi

Bagi seorang manusia, malam berjelaga adalah kumpulan kaca yang retak. Menyerak asa yang tersamar ke penjuru hidupnya. Namun bagi peramu mimpi, malam adalah kesenyapan yang mengabarkan ketenangan, menyelipkan aroma bahagia selaksa di alam mayapada.
Kalau boleh memilih, maka aku ingin meletakkan ramuan bahagia di tiap-tiap mimpi manusia. Tapi, aku tak kuasa, sebab manusia itu makhluk terpintar di dunia yang bisa mempengaruhi, selain tentu mereka juga termasuk terbodoh di dunia karena mudah dipengaruhi. Maaf, ini hanya penilaianku sebagai peramu mimpi selama adanya manusia di muka bumi ini.

Ya, aku khusus menanak berbagai ramuan untuk mimpi-mimpi manusia. Terkadang aku bingung, apa yang dirisaukan manusia-manusia itu?, udara, tanah, air semua gratis, lantas apa yang mereka pusingkan?. Maaf , ini hanya pengamatanku dari tiga abad yang lalu.

Apapun, meramu mimpi adalah sebuah keasyikan tersendiri, setidaknya aku bisa membangun imaji, menyalakan semangat, memantik gurat bahagia di liang sukma. Tapi, bisa juga kebalikannya, terkadang aku menyurutkan nyali, meredupkan senyum dan menjelagakan bias wajah mereka di pagi harinya. Maaf, bukannya jahat, tapi bukankah manusia lebih jahat?, entahlah.

Pernah aku keasyikan, saat seorang koruptor yang hendak tenggelam dalam mimpi, di sebuah hotel berbintang tentunya. Segera kuramu gelisah di sukmanya, dan lihatlah ia akan berguling-guling tak tentu arah di atas tempat tidur, semacam cacing kepanasan. Tapi, walau geram menelingkupi, tak sampai hati juga melihatnya tersiksa, maka kubiarkan ia lelap sekejap dalam mimpi penuh kehampaan, lantas lihatlah gurat hitam yang melingkar di bawah kelopak matanya di esok harinya. Nah!, bisa kau lihat sendiri kan siapa yang lebih jahat?. Maaf , ini pengalamanku kemarin sore.

Pernah suatu saat aku mendengar keluh, telingaku terguyur setumpuk perih. Apalah mampuku? Saat aku harus menitipkan mimpi pulas selepas manusia serigala memangsa, juga pada seorang pejabat di dalam hotel 'merah', juga pada kupu-kupu malam yang meringkuk di sudut-sudut remang, apakah aku layak menitipkannya?. Entahlah, entahlah dan entahlah. Maaf, aku sebenarnya kecewa.

Selalu, hingga kini. Derap langkah-langkah itu menghentak di reruang penuh dengan lampu warna-warni, sesak dengan manusia yang bermandi keringat, meliuk- liuk tubuh mereka dalam hentakan musik yang dimainkan DJ. Kerap hingga pagi dan selepasnya semua berujung pada mimpi yang terpaksa kuberikan, karena aku kasihan pada penelan pil terlarang itu, sekaligus aku ingin manusia belajar dari hal ini. Maaf, jika yang kulakukan salah menurutmu.

Kemarin, aku meramu mimpi untuk seorang lelaki tua yang kerap kerkopiah ke mana saja. Mimpi yang kusemat untuknya adalah mimpi naik haji. Entahlah, semoga bila apa yang ia cita itu tak kesampaian di alam nyata, setidaknya sudah ia rasa di alam mimpinya. Maaf, hanya ini mampuku.

Saat ini, baru saja aku menuangkan mimpi pada sepasang muda mudi yang kasmaran, mereka kupertemukan di alam mimpi, entahlah, kuharap mereka lekas-lekas membangun rumah tangga yang bahagia. Setidaknya di alam mimpi mereka sudah merasakannya. Maaf, inilah aku.

Tadi sempat aku iseng, akan kubuat kesamaan antara mimpi dengan nyata. Tadi sempat kulihat Dina menggantung pakaiannya, kelihatannya pakaian untuk berangkat kuliah besok pagi. Sebuah batik berwarna hijau muda dengan padanan rok hitam. Dan kini dihadapanku adalah si Feri, pemuda yang menimbun cinta pada si Dina. Di mimpinya, si Dina menerima cintanya dengan berpakaian batik hijau muda dengan rok hitamnya, persis dengan pakaian yang akan dikenakan Dina esok hari. Hahaha, entah apa yang terjadi besok. Yang pasti Feri akan terperanjat melihat sosok Dina. Hahaha..! Maaf, beginilah aku terkadang.

Tapi, satu hal yang buatku bahagia, tatkala masih ada jiwa-jiwa malaikat di sekitarku. Ya!, merekalah manusia malaikat, hati mereka begitu bercahaya, aku merasakannya. Memang ada kelelahan menggelayuti mereka, setelah penat seharian menabur benih makna, cita dan cinta. Merekalah penikmat ramuan terbaikku, Ramuan berisi kenikmatan akan sebuah mimpi, berisi keindahan mayapada yang akan memompa semangat mereka untuk berbuat lebih lagi keesok harinya. Jadi maaf, bila ramuan terbaikku hanya untuk yang terbaik.

Kalau sedari tadi aku mengatakan kata ”maaf”, sebenarnya maaf itu untukmu kawan, kuceritakanlah padamu waktu itu dirimu terselubung kegalauan, tersemat keresahan, air matamu tak terbendung lagi, segera akan terderai gerimis. Saat itu jiwamu retak. Maaf, aku menyesal tak menuangkan mimpi indah di malam terakhirmu. Sekali lagi maaf, karena aku hanya Peramu mimpi, bukan peramu takdirmu.




01 - 10 Mei 2010
Oleh: Muhammad Anhar Husyam


Muhamad Anhar Husyam lahir di Siantar, 10 Mei 1985. AKtif di Komunitas Pecinta Membaca dan Berkarya (KOMA)Sumatera Utara dan Komunitas PEnulis Muda Sumatera Utara

Komentar

  1. ;;) assalamualaikum peramu mimpi,,!
    bisa kah engkau buat kan aku suatu ramuan, untuk terus meluruskan ku di jalan Allah? ;;)

    BalasHapus
  2. dan jalinan abjad membentuk sebuah labirin dalam mimpi

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas dimuatnya tulisan saya ini ;;), terimakasih juga atas apresiasi sesama Komplotan penulis imaji, ya semoga kita bisa meramu mimpi yang kita impikan....

    salam bahagia,
    salam kenal semua :)
    Muhammad Anhar Husyam

    SEMANGAT UNTUK KOPI SASTRA!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar tentang kami sesuka anda. Kami terima apapun dari anda termasuk kepahitan kata-kata anda. terima kasih!